A.
Pengertian
prasangka dan konflik
Prasangka
merupakan evaluasi kolompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada
keanggotaan dimana seseorang tersebut menjadi anggotanya.
Prasangka
juga merupakan evaluasi negative terhadap out group dan fenomena yang hanya
bisa ditemui dalam kehidupan social. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak social antara berbagai individu
didalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah
mengalami kontak social dengan individu lain. akan tetapi prasangka tidak semata-mata dimunculkan
oleh factor social.
Prasangka (prejudice) adalah sebuah sikap (biasanya negatif) terhadap
anggota kelompok tertentu, semata-mata
berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut (Baron & Byrne,
2003). Sementara itu.
Definisi
klasik prasangka pertama kali diperkenalkan oleh psikolog dari Universitas
Harvard, Gordon Allport, yang menulis konsep itu dalam bukunya, The Nature of
Prejudice in 1954. Istilah itu berasal dari kata praejudicium, yakni pernyataan
atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang
dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Lanjut
Allport, “Prasangka adalah antipati berdasarkan generalisasi yang salah atau
generalisasi yang tidak luwes. Antipati itu dapat dirasakan atau dinyatakan.
Antipati bisa langsung ditujukan kepada kelompok atau individu dari kelompok
tertentu. “Kata kunci dari definisi Allport adalah”antipati”, yang oleh
Webster’s Dictionary disebut sebagai “perasaan negatif”. Allport memang sangat
menekankan bahwa antipati bukan sekedar antipati pribadi, melainkan antipati
kelompok.
Pengertian prasangka menurut
para ahli:
1.
Johnson
(1986) mengatakan, prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan
keyakinan stereotip kita tentang anggota atau kelompok tertentu. Seperti halnya
sikap, prasangka meliputi keyakinan untuk mengambarkan jenis pembedaan terhadap
orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka yang
berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yang berdasarkan etnik kita sebut
etnisisme.
2.
Menurut
Jones (1986), prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara
mengeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan itu mungkin saja
diungkapkan secara langsung kepada orang yang menjadi anggota kelompok
tertentu. Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang
atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri.
3.
Daft
(1999) memberikan definisi prasangka lebih spesifik yakni kecenderungan untuk
menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam
hal seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik.
4.
Soekanto
(1993) dalam ‘Kamus Sosiologi’ menyebutkan pula adanya prasangka kelas, yakni
sikap-sikap diskriminatif terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas
tertentu.
5.
Effendy
(1981), sebagaimana dikutip Liliweri (2001), mengemukakan bahwa prasangka
merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi kegiatan komunikasi,
karena orang yang berprasangka belum apa- apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang melancarkan komunikasi.
Dalam prasangka,
emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka, tanpa
menggunakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu,
sekali prasangka itu sudah mencekam, orang tidak akan dapat berpikir objektif,
dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara negatif.
Dari beberapa
pengertian di atas, kita dapat menyatakan bahwa prasangka mengandung sikap,
pikiran, keyakinan, kepercayaan, dan bukan tindakan. Jadi, prasangka tetap ada
di pikiran.
Deskriminasi adalah
pembedaan orang atau mengabaikan orang berdasarkan prasangka.
Deskriminasi
adalah diskriminasi (discrimination) adalah wujud dari prasangka
itu dalam tingkah laku atau aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi sasaran
prasangka. diskriminasi mengarah ketindakan sistematis. Kalau prasangka berubah
menjadi tindakan nyata, ia berubah menjadi diskriminasi, yakni tindakan
menyingkirkan status dan peran sekelompok orang dari hubungan, pergaulan, seta
komunikasi antar manusia.
Prasangka merupakan sebuah tipe khusus dari sikap yang
cenderung kearah negatif sehingga konsekuensinya:
1. Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk
mengorganisasi, menginterpretasi dan mengambil informasi) yang mempengaruhi
cara memproses informasi.
2. Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap
orang yang menjadi anggota kelompok sasaran prasangka.
B.
Sumber-sumber
prasangka dan usaha untuk mengatasi prasangka
Menurut Zastrow
(1989) mengemukakan bahwa prasangka bersumber dari :
1)
Proyeksi
(upaya mempertahankan ciri kelompok etnik/ras secara berlebihan);
2)
Frustasi,
agresi, kekecewaan yang mengarah pada sikap menentang;
3)
Ketidaksamaan
dan kerendahdirian;
4)
Kesewenang-wenangan;
5)
Alasan
historis;
6)
Persaingan
yang tidak sehat dan menjerumus kedalam eksploitasi;
7)
Cara-cara
sosialisasi yang berlebihan; dan
8)
Cara
memandang kelompok lain dengan pandangan sinis.
Sejak lama, sosiolog
Robert K. Merton (1949, 1976) meneliti tentang prasangka dan kriminalitas. Ia
pernah mengemukakan hasil penelitian tentang hubungan antara sikap dan prilaku
negatif yang diarahkan kepada sekelompok orang. Ia lalu menemukan empat kategori
tipe manusia:
(1)
Orang
yang tidak berprasangka dan tidak diskriminatif;
(2)
Orang
yang tidak berprasangka namun diskriminatif;
(3)
Orang
yang berprasangka namun tidak diskriminatif; dan
(4)
Orang
yang berprasangka dan diskriminatif.
Sumber prasangka dibagi atas 5 bagian, yaitu :
1.
Konflik langsung antar kelompok. Berdasarkan Teori
Konflik Realistik (Realistic Conflict Theory) di mana prasangka
muncul karena kompetisi antar kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau
komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan
dasar emosi.
2.
Pengalaman awal. Berdasarkan Teori
Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), prasangka
dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme dasar
yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan
observasi/vicarious.
3.
Kategorisasi Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat kategori social
yang membedakan antara in-group—“kita”—dengan out-group—“mereka”.
Kategori social ini menjadi prasangka, dapat dijawab berdasarkan Teori Identitas Sosial (Identitty Theory)
dari Tajfel.
4.
Stereotip kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari
pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok social tertentu dan traits tertentu
yang mungkin dimiliki oleh orang yang menjadi anggota kelompok-kelompok ini.
Ketika sebuah stereotip diaktifkan, trait-trait ini lah yang dipikirkan.
Stereotip mempengaruhi pemprosesan informasi social (diproses lebih cepat dan
lebih mudah diingat), sehingga mengakibatkan terjadinya seleksi pada informasi-informasi
yang konsisten terhadap stereotip akan diproses sementara yang tidak sesuai
stereotip akan ditolak atau diubah agar konsisten dengan stereorip.
Jhonson (1986) mengemukakan, prasangka itu di sebabkan
oleh:
(1)
Menggambarkan
perbedaan antar kelompok;
(2)
Nilai-nilai
budaya yang dimiliki kelompok mayoritas sangat menguasai kelompok etnik dan ras yang merasa superior
sehingga menjadikan etnik atau ras lain inferior.
Pemyebab terjadinya
prasangka:
a.
Etnosetrisme
yaitu kesukuan / rasial (ras)
b.
Stereotip
yaitu pelaberan (penamaan) terhadap seseorang
pada seseorang atau kelompok yang belum tentu benar.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1)
Berlatar
belakang sejarah
2)
Dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan
situasional
3)
Bersumber
dari factor kepribadian
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan
diskriminasi adalah sebagai berikut:
1.
Perbaikan
kondisi sosial ekonomi
2.
Perluasan
kesempatan belajar
3.
Sikap
terbuka dan sikap lapang
C.
Dampak
prasangka terhadap perilaku sosial
Pengertian prasangka
social menurut para ahli antara lain
sebagaiberikut:
a.
Menurut
Sears et all, (1985) prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau
seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut,
artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda
dengannya atau kelompoknya.
b.
Prasangka
sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif yang ditujukan
pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alasan yang
mendasar pada pribadi orang tersebut.
c.
Allport,
(dalam Zanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka sosial merupakan suatu sikap
yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang obyektif untuk membenci
kelompok tersebut.
d.
Kossen,
(1986) menguraikan bahwa prasangka sosial merupakan gejala yang interen yang
meminta tindakan prahukum, atau membuat keputusan-keputusan berdasarkan bukti
yang tidak cukup.
Dari
uraian tersebut di atas dapat diartikan
bahwa prasangka sosial merupakan sikap yang ataupun perasaan-perasaan negatif
yang ditujukan kepada orang lain atau kelompok orang lain yang menjadi obyek
prasangka tersebut. Prasangka sosial akan mempengaruhi tindakan seseorang dalam
berbagai hal dan prasangka sosial biasanya merupakan penilaian yang tidak
obyektif, dengan kata lain didasarkan pada penilaian yang tergesa-gesa.
Prasangka
sosial berkaitan erat dengan komponen-komponen sikap yakni komponen kognitif,
afektif, konatif. Prasangka sosial erat kaitannya dengan perasaan subyektif
seseorang yang ditujukan pada orang lain atau kelompok tertentu.
Dampak Prasangka
Sosial menurut para ahli:
1.
Prasangka
sosial menurut Rose, (dalam Gerungan, 1981) dapat
merugikan
masyarakat secara dan umum dan organisasi khususnya. Hal ini terjadi karena
prasangka sosial dapat menghambat perkembangan potensi individu secara
maksimal.
2.
Steplan
et all, (1978) menguraikan bahwa prasangka sosial tidak saja mempengaruhi
perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat membatasi kesempatan
mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi terhadap kelompok sasaran
misalnya kelompok minoritas.
3.
Rosenbreg
dan Simmons, (1971) juga menguraikan bahwa prasangka sosial akan menjadikan
kelompok individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya
dan menjadikan mereka tidak mau bergabung atau bersosialisasi. Apabila hal ini
terjadi dalam organisasi atau perusahaan akan merusak kerjasama.
Kesimpulan
yang dapat diambil dari uraian tentang dampak prasangka sosial di atas adalah
bahwa dengan adanya prasangka sosial akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku
seseorang dalam berbagai situasi. Prasangka sosial dapat menjadikan seseorang
atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok
lain. Apabila kondisi tersebut terdapat dalam organisasi akan mengganggu
kejasama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan organisasi kurang dapat
terealisir dengan baik.
D.
Prasangka
dan deskriminasi
·
Prasangka
Prasangka
adalah sikap (biasanya negatif) kepada anggota kelompok tertentu yang
semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok (Baron &
Byrne, 1991). Misalnya karena pelaku pemboman di Bali adalah orang Islam yang
berjanggut lebat, maka seluruh orang Islam, terutama yang berjanggut lebat,
dicurigai memiliki tekad buruk untuk menteror.
Perasaan
yang umumnya terkandung dalam prasangka adalah perasaan negatif atau tidak suka
bahkan kadangkala cenderung benci. Kecenderungan tindakan yang menyertai
prasangka biasanya keinginan untuk melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan
verbal seperti menggunjing, dan berbagai tindakan negatif lainnya.
Menurut
Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni stereotip, jarak
sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam
prasangka. Stereotip memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi
jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan
diskriminasi.
Sementara
itu Sears, Freedman & Peplau (1999) menggolongkan prasangka, stereotip dan
diskriminasi sebagai komponen dari antagonisme kelompok, yaitu suatu bentuk
oposan terhadap kelompok lain. Stereotip adalah komponen kognitif dimana kita
memiliki keyakinan akan suatu kelompok.
Pada
umumnya prasangka terlahir dalam kondisi dimana jarak sosial yang ada diantara
berbagai kelompok cukup rendah. Apabila dua etnis dalam suatu wilayah tidak
berbaur secara akrab, maka kemungkinan terdapat prasangka dalam wilayah
tersebut cukup besar. Sebaliknya prasangka juga melahirkan adanya jarak sosial.
Semakin besar prasangka yang timbul maka semakin besar jarak sosial yang
terjadi. Jadi antara prasangka dan jarak sosial terjadi lingkaran setan.
·
Diskriminasi
Diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak
seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok (Sears, Freedman
& Peplau,1999). Misalnya banyak perusahaan yang menolak mempekerjakan
karyawan dari etnik tertentu.
Diskriminasi bisa terjadi tanpa adanya
prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga belum tentu akan
mendiskriminasikan (Duffy & Wong, 1996). Akan tetapi selalu terjadi
kecenderungan kuat prasangka melahirkan diskriminasi. Prasangka menjadi sebab
diskriminasi manakala digunakan sebagai rasionalisasi diskriminasi. Artinya
prasangka yang dimiliki terhadap kelompok tertentu menjadi alasan untuk
mendiskriminasikan kelompok tersebut.
Prasangka menunjukkan
pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada
Tindakan.Dengan
demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka
tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan.
Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah
menyatu, tak dapat dipisahkan.Seseorang yang mempunyai prasangka rasial,
biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.
. Demikian juga sebaliknya seseorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini
disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Sedangkan
diskriminasi menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah ketidak
seimbangan atau ketidak adilan yang ditujukan oleh orang atau kelompok lain
yang biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti
berdasarkan ras, kesuku bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.
Diskriminasi bersifat
aktif dari prasangka yang bersifat negatif (negative prejudice) terhadap
seorang individu atau suatu kelompok.
E.
Deskriminasi
dalam prespektif sosial
Dalam penerapan prespektif pastilah terdapat penjelasan dari
masing-masing preppektif tersebut antara lain:
a.
Radikal
Munculnya kelompok
minoritas dan adanya diskriminasi muncul dari
pemahaman liberal
klasik dan modern. Radikal mennginginkan adanya revolusi agar nantinya
individu-individu harus memiliki asset-aset Negara secara merata. Dalam
pandangan radikal, peran pasar dalam sebuah Negara tidaklah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, karena jika diciptakan pasar justru akan menimbulkan
ketidak adilan, kecurangan, dan akan membuat rancu.
b.
Liberal
Klasik
Salah satu
penghapusan minoritas dan dikriminasi yaitu melalui diberikannya perbedan pada
inividu baik itu dari pemerintahan dan agama.
c.
Konservatif
Konservatif muncul
dari para kelompok yang tersisih. Diskriminasi harus dihapuskan dan minoritas
adalah sebuah bentuk tindakan yang tidak baik.
d.
Liberal
Modern
Liberalisme Modern
tidak mengubah hal-hal yang mendasar atau secara fundamental seperti apa yang
diharapkan dari pandangn radikal, akan tetapi liberal modern hanya mengubah
hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilaiintinyanya(core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam
versi yang baru.
Secara umu pandangan
liberal modern tidak dapat dipisahkan dari liberalism klasik, karena di dalam
liberal modern masih terdapat pandangan untuk tetap menghargai hak- hak
individu dimasyarakat.
Hampir sama dengan
penerapan liberal klasik, bahwa harus adanya penghormatan atas hak milik
indiividu, akan tetapi liberal modern lebih menekankan peran negara sebagai
kontrol akan tetapi menghindari tatanan yang hierarki.
Daftar
Pustaka
·
Bimo walgito, psikologi Social.ANDI Yokyakarta, 2002
·
Abu ahmad, Psikoogi Sosial, Rineka Cipta. Jakarta
2002
·
Jacubus Ranjabar, Psikologi Sosial, Ghaliah
Indonesia, Bandung 2006
·
Liliweri,
Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LKIS
·
Anonymous.2010.Diskriminasi.(Online).(file:///E:/diskriminasi/Diskriminasi.htm.
Diakses 26 Mei 2010).
·
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/mendefinisikan-prasangka.html diunduh pada tanggal 7 april 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar