A. Pengertian Simpati Dan Pendapat
Para Pakar
Simpati adalah Sikap menaruh
perhatian, ikut merasakan dan memberi dukungan emosional kepada orang yang
sedang menderita.
Menurut Soerjono Soekanto:
Ø Proses seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Agar
dapat berlangsung, diperlukan adanya pengertian antara kedua belah pihak.
Menurut Max Weber:
Ø Perasaan Simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang
/ kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat –saat khusus. Misalnya
apabila perasaan Simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis
/ sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih sayang.
Menurut Gillin:
Ø Merupakan proses di mana seseorang merasa tertarik pada
pihak lain. Dorongan utama pada Simpati adalah keinginan untuk memahami pihak
lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Menurut Kelompok Kami (Kelompok I):
Ø Sikap peduli terhadap sesama yang didasari dengan perasaan
ikut merasakan penderitaan orang lain dengan sepenuh hati.
B. Latar Belakang Dan Perkembangan
Simpati
Simpati
adalah Suatu proses kejiwaan dimana seseorang individu merasa tertarik kepada
seseorang atau sekelompok orang karena sikapnya, penampilannya, wibawanya atau
perbuatannva yang sedemikian rupa. Dikatakan sedemikan rupa, karena bagi
sebagian orang, sikap, penampilan, wibawa atau perbuatannya itu biasa-biasa
saja. Proses Simpati ini mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan
interaksi sosial yang di bangun oleh individu maupun kelompok masyarakat.
Simpati
adalah perasaan ketertarikan seseorang terhadap orang lainnya. Pengertian
ketertarikan disini bukan ketertarikan dalam artian hubungan romantis, tapi
dugaan atau pendapat bahwa orang yang dituju itu adalah orang yang menarik.
Mudahnya, seperti mengatakan, “Wah, orang yang menarik.” Bisa jadi rasa ini
timbul ketika melihat seseorang yang mampu melakukan hal-hal tertentu yang
dianggap unik atau hebat, atau sekedar rasa tertarik secara fisik saja.
Misalnya seperti, “Wah, gadis itu cantik ya.” Umumnya terjadi pada pandangan
sekilas.
Respek
adalah rasa hormat terhadap orang lain. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga
hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat lanjutan
dari Simpati yang dijabarkan di atas (bukan empati; jika empati maka yang kita
bicarakan sudah lain hal). Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena
hal-hal yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang
tertentu baru muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si
orang yang direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan
seorang teman, kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli
dalam suatu bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu.
Rasa
keintiman, dalam hal ini, bisa dikategorikan sebagai tingkat yang paling mendalam.
Dan pada umumnya lebih sering terjadi pada lawan jenis. Rasa keintiman sudah
lebih dari sekedar respek; ada rasa posesif dan unsur romantis yang ditambah
dalam perasaan yang ini. Misalnya si Andi yang tadinya hanya sekedar respek
dengan si Anti karena pintar, kemudian setelah mengenal pribadi Anti lebih jauh
dan lebih dalam lagi, timbul rasa keintiman yang dimaksud. Keintiman disini
bukan konotasi negatif dalam artian ‘hubungan’ antara laki-laki dan perempuan,
tapi rasa ketertarikan yang lebih. Atau beberapa orang lebih suka menyebutnya cinta. Biasanya proses ini terjadi dalam jangka waktu yang lebih
lama daripada Simpati maupun respek.
Terkadang,
bagi manusia yang hati dan perasaannya begitu subjektif dan bisa berubah-ubah
tergantung bagaimana cara ia memandang sesuatu, agak sulit untuk memisahkan
bagian-bagian dari perasaan yang sudah dipaparkan di atas. Prasangka dan
praduga terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain pun mendukung sikap manusia
yang satu ini. Hal ini terutama akan makin sulit ketika sudah terjadi pada
lawan jenis.
Kadang tembok pembatas antara rasa
respek dan keintiman terlihat begitu tipis, dan bukan tidak mungkin kalau
kadang manusia menembusnya tanpa menduga apa
yang sebenarnya ada di baliknya.
Sikap
Simpati lebih cenderung pada rasa belas kasihan, tetapi tidak dinyatakan dalam
sikap yang konkret untuk menolong. Simpati akan dapat berkembang jika terdapat
saling pengertian dari kedua belah pihak. Simpati disampaikan kepada seseorang
pada saat-saat tertentu, bisa saat bergembira bisa pula saat bersedih.
Misalnya, saat seseorang tertimpa musibah. Perasaan Simpati bisa menimbulkan
perasaan sayang.
Pada
dasarnya dorongan manusia untuk melakukan interaksi dengan orang lain salah
satunya karena orang merasa tertarik dengan orang tersebut. Dalam suatu
interaksi sosial pengaruh psikis yang paling mendasar adalah Simpati seseorang terhadap
orang lain. Pada dasarnya Simpati adalah suatu sikap tertarik kepada orang lain
karena sesuatu hal mungkin karena menarik penampilannya, mungkin karena
kebijaksanaanya atau karena pola pikir yang sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut oleh orang yang menaruh Simpati.
Kata
Simpati berasal dari kata Yunani, “sympatheia” yang berarti mempunyai perasaan
yang sama. Simpati mengandung kemampuan untuk ambil bagian dengan perasaan
orang lain yang sedang menderita. Perasaan ini dilandasi oleh kemampuan untuk
menaruh perhatian atas diri orang lain.
Simpati
mempunyai hubungan dengan penyimpangan sosial yaitu sebagai sikap positif dalam
penyimpangan sosial. Sikap positifnya yaitu memperbaiki segala pelaku
penyimpangan sosial menjadi pelaku penyimpangan sosial yang positif.
C. Tujuan, Fungsi, Dan Faktor-Faktor
Simpati
Tujuan Simpati:
- Untuk memahami orang lain yang sedang dalam kesusahaan
- Mengurangi masalah-masalah yang ada
- Agar terjadi saling pengertian diantara kedua belah pihak
- Untuk menyatakan suatu hal kepada seseorang
- Untuk menyatakan pendapat mengenai suatu hal
Fungsi Simpati:
- Membuat seseorang sanggup untuk memahami pandangan atau situasi pelaku penyimpangan sosial
- Orang dapat mendukung pelaku penyimpangan yang positif
- Orang dapat mendorong pelaku penimpangan yang negatif untuk memperbaiki diri
- Dapat meringankan beban orang yang sedang tertimpa masalah
- Dapat menjadi perantara dalam menyatakan suatu hal
Faktor-faktor Simpati:
- Kesamaan pandangan
- Kesamaan kepentingan
- Kesamaan faktor-faktor histois
- Kesamaan rasial
D. Contoh-Contoh Simpati
Contoh-contoh Simpati:
- Menjenguk orang yang sakit
- Membantu orang yang tertimpa musibah
- Menolong orang yang kesusahan
- Membantu memecahkan masalah seseorang
- Membantu korban bencana alam
- Meringankan biaya sekolah
- Turut berduka cita atas meninggalnya seseorang
- Menghibur teman yang sedang bermasalah
- Mengucapkan selamat kepada orang yang sedang berbahagia
- Memberikan sebagian harta kepada orang yang kurang mampu
- Turut berbahagia atas keberhasilan orang lain
- Mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yatim piatu dan anak-anak terlantar
- Mendirikan tenda dan posko bantuan untuk korban bencana alam
E. Kesimpulan Dan Saran Mengenai
Simpati
Bahwa
sesungguhnya Simpati itu merupakan sikap peduli terhadap sesama yang muncul
dari hati seseorang yang merasakan apabila hal yang dirasakan orang lain itu
terjadi kepadanya. Sikap Simpati sebenarnya bersifat positif karena muncul dari
hati nurani manusia sehingga apabila sikap Simpati dimiliki oleh seseorang maka
orang tersebut itu perilakunya akan selalu tertuju kepada hal yang positif
bukan negatif.
Sikap
Simpati juga dapat berupa pendapat terhadap suatu hal dengan cara memberikan
suatu komentar terhadap hal tersebut. Simpati juga bersangkutan dengan
peyimpangan sosial yaitu mengubah seluruh penyimpangan yang ada menjadi kedalam
bentuk yang positif. Pada dasarnya Simpati adalah suatu sikap tertarik kepada
orang lain karena sesuatu hal mungkin karena menarik penampilannya, mungkin
karena kebijaksanaanya atau karena pola pikir yang sesuai dengan nilai-nilai
yang dianut oleh orang yang menaruh Simpati.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi Simpati antara lain kesamaan pandangan, kesamaan
kepentingan, kesamaan faktor-faktor histois, kesamaan rasial.
Simpati
itu sebenarnya telah dimiliki oleh semua orang tetapi orang kadang-kadang tidak
menyadarinya dan membiarkannya begitu saja. Buktinya semua orang dapat
merasakan penderitaan orang lain dari dalam hatinya yang sangat dalam.
Posted on 03 February 2012.
pengertian
(empati). Menurut Thomas F. Mader dan Diane C. Mader (1990), empati adalah
kemampuan seseorang untuk share-feeling yang dilandasi kepedulian22 Kepedulian
ini ada tingkatannya.
Kalau
mau merujuk pada teori kompetensi, tingkatan yang paling rendah adalah ketika
kita baru dapat memahami ungkapan verbal, entah itu perasaan atau pikiran.
Tingkatan menengahnya adalah ketika kita sudah dapat memahami isu kompleks yang
ada di balik suatu percakapan; mampu mengerti penyebab yang kompleks dari
perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang di masa lalu. Dan, yang
paling tinggi adalah memahami lalu tergerak untuk memberikan bantuan nyata yang
dibutuhkan orang itu berdasarkan keadaannya.
Empati
ini sangat kita butuhkan. Jika dikaitkan dengan penjelas-an sebelumnya, empati
akan membuat kita terbiasa menjadi orang yang tidak terlalu efektif dan tidak
terlalu human. Empati akan membuat kita dapat memisahkan orang dan masalahnya
dengan cepat; empati akan mendorong kita untuk lebih melihat bagaimana
menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang orang (concerning on
people).
Ada pemikiran dari Daniel Goleman
(2001) soal melatih empati.” Untuk melatih empati, Goleman menyarankan lima
hal, yaitu:
•Cepat menangkap isi perasaan dan
pikiran orang lain (under-standing others).
•Memberikan pelayanan yang
dibutuhkan orang lain (service orientation).
•Memberikan masukan-masukan positif
atau membangun orang lain (developing others).
•Mengambil manfaat dari perbedaan,
bukan menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity).
•Memahami aturan main yang tertulis
atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain (political
awareness).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar